BOOKING TIKET PESAWAT

Kontrak pembuatan

Kontrak pembuatan. Info sangat penting tentang Kontrak pembuatan. Mengungkap fakta-fakta istimewa mengenai Kontrak pembuatan

Pada bulan lalu, rangkaian awal telah diperlihatkan kepada NASA. Adapun kontrak pembuatan pesawat ramah lingkungan ini mencapai US$ 2,1 juta. Rencananya, pesawat model akan digunakan oleh semua maskapai pada 25 tahun mendatang. MIT bekerja sama dengan beberapa perusahaan pembuat pesawat, yakni Boeing, GE Aviation dan Northrop Grumman. Mereka nantinya akan menerapkan konsep subsonic (lebih rendah dari kecepatan suara) dan konsep supersonik (leih cepat dari kecepatan suara) pada pesawat komersial. NASA menginginkan pesawat komersil yang tidak bising atau lebih "kalem" suaranya (subsonic), menggunakan kurang dari 70 persen bahan bakar sehingga memiliki gas buang 75 persen dari pesawat komersial yang ada saat ini. Selain itu, pesawat ramah lingkungan ini diharapkan dapat lepas landas dari landasan pacu yang pendek. NASA juga meminta MIT membangun dua model pesawat komersil. Satu dengan kapasitas 180 penumpang yang dapat menggantikan Boeing 737 Class yang biasanya digunakan untuk penerbangan domestik; Kedua pesawat komersil yang dapat mengangkut 350 penumpang untuk menggantikan 777 class yang biasa digunakan untuk penerbangan internasional. Para peneliti di MIT tengah memikirkan bagaimana mengkonfigurasikan kerangka pesawat dengan baling-baling dan struktur sayap. Mereka berupaya memindahkan mesin yang semula dipasang di bagian sayap, ke belakang badan pesawat. Namun, menurut Mark Drela, Profesor dinamika fluida dan memimpin perakitan, model mitigasinya pada pesawat ramah lingkungan ini lebih lambat ketimbang yang ada pada Boeing 737 dan memiliki daya terbang yang lebih lambat. Bentuk badan pesawat juga lebih panjang, sayap yang lebih ramping dan ekor yang lebih pendek. Pemegang saham PT Indonesia AirAsia (IAA) di tahun depan akan secara intensif membicarakan komposisi kepemilikan saham untuk memenuhi kewajiban kepemilikan mayoritas tunggal (single majority) oleh pemodal nasional di perusahan Sendjaja Wijaja, pemilik saham IAA sebesar 21%, mengatakan masih terlalu dini jika pembicaraan komposisi saham dilakukan pada tahun ini. "Peraturan itu kan berlakunya masih lama, yakni di 2012. Masih terlalu dini kalau bicara sekarang. Tapi, kami memang sudah diberi tahu kalau itu akan menjadi pembahasan utama," katanya hari ini. Saat ini saham IAA dimiliki oleh AirAsia Group (Malaysia) sebesar 49%, sisanya dikuasai oleh pihak Indonesia melalui Sendjaja Wijaja 21%, keluarga Harris (Pin Harris) 20%, dan PT Fersindo Nusaperkasa 10%. Dengan komposisi demikian, berarti AirAsia Group menjadi pemegang saham tertinggi karena pemegang modal nasional terbagi dalam tiga kepemilikan. Sesuai dengan UU No. 1/2009 tentang Penerbangan, di Pasal 108 tentang


BOOKING TIKET PESAWAT
Powered By : Blogger